Friday 20 September 2013

METODE PERANGKAP MIKROORGANISME MELALUI MEDIA PDA (Potato Dextrose Agar) DI BEBERAPA KONDISI LINGKUNGAN YANG BERBEDA


Mikroorganisme memiliki kemampuan tumbuh dan berkembang yang berbeda-beda sesuai dengan susunan dan kebutuhan masing-masing jenis. Pada pertumbuhannya, dibutuhkan media pertumbuhan, yakni suatau bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi).  Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik dan sumber karbon organik seperti gula. Namun hal terpenting adalah media harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh.
            Salah satu media yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme adalah media PDA (Potato Dextrose Agar). Potato dextrose agar (PDA) termasuk medium semi alamiah karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar). PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur. Fungsi bahan yang digunakan pada medium PDA adalah kentang sebagai sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energy, dextrose sebagai sumber gula dan energy, agar digunakan untuk memadatkan medium PDA, dan aquadest digunakan untuk melarutkan agar, dextrose, serta kentang (Firman 2009). Pada penerapan metode perangkap mikroorganisme, media yang biasa digunakan adalah media PDA.
            Metode perangkap merupakan suatu metode yang digunakan dengan sengaja menyediakan media untuk memperangkap keberadaan mikroorganisme di lingkungan. Metode ini biasa dilakukan untuk mengidentifikasi jenis mikroorganisme yang berada pada lingkungan tertentu. Pada praktikum  metode perangkap mikroorganisme melalui media PDA, dilaksanakan dengan 3 kondisi lingkungan yang berbeda, yaitu di ruang terbuka (di parkir Ruang Sidang Sylva, Fakultas Kehutanan, ipb), di ruang tertutup (Laboratorium penyakit hutan), dan di bawah naungan tegakan pohon (Arboretum Fakultas Kehutanan, IPB). Perbedaan kondisi lingkungan tersebut, tentunya akan menghasilkan perbedaan jenis mikroorganisme yang kemudian akan diidentifikasi berdasarkan pengamatan berkala.


click here to download

No comments:

Post a Comment